2017-02-03

Bangga Menjadi ASN Penjaga Bahasa Indonesia


Oleh: Ahmad Khoirus Salim, S.S.
(Bekerja di Kantor Bahasa Bengkulu)

Menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah mimpi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini tidak bisa dimungkiri lagi. Setiap ada lowongan penerimaan ASN baru, masyarakat yang telah memenuhi syarat akan berbondong-bondong untuk mengikuti seleksi.

Anggapan di masyarakat luas, tak terkecuali saya pribadi pada awalnya, masih berkisar pada satu simpulan relatif, menjadi ASN akan membuat hidup sejahtera. Apalagi karena sebagian keluarga saya ada yang menjadi ASN.

Ayah saya sendiri seorang pensiunan guru agama di bawah Departemen Agama. Jadilah fakta itu semakin melegitimasi pandangan tentang ASN tersebut. Padahal kalau mau jujur sebenarnya banyak sekali peluang untuk berwirausaha. Tetapi, menjadi ASN sepertinya sudah menjadi panggilan hati.

Bangga rasanya melihat ayah saya yang seorang guru bisa mengabdi kepada negara dengan menularkan ilmunya. Saya pun ingin bisa mengikuti jejak beliau yang seperti itu, mengamalkan ilmu dengan mengabdi pada negara.

Menjelang kuliah, keinginan saya untuk menjadi ASN pun semakin besar. Saya menggali berbagai informasi tentang cara mengikuti seleksi penerimaan CPNS. Seringkali saya pun berdiskusi dengan teman kuliah perihal menjadi ASN. Banyak teman yang menganggap agar bisa menjadi ASN harus punya dana berlebih untuk suap dan segala macamnya. Tetapi saya punya keyakinan bahwa pasti akan ada jalan menjadi ASN dengan cara yang jujur, dengan cara yang halal.

Akhirnya saya wisuda tahun 2010. Waktu itu saya sudah diterima bekerja menjadi pengajar di sekolah swasta. Lagi-lagi persepsi dari kawan sesama pengajar semakin mengukuhkan niat saya, mereka rata-rata mengatakan kalau menjadi ASN pasti sejahtera dan terjamin.

Jadilah saya semakin bersemangat mengejar cita-cita menjadi ASN. Saya terus berusaha mencari informasi penerimaan CPNS lewat media apa saja. Saya mengkopi dan mengunduh berbagai jenis contoh tes masuk CPNS. Juga membeli beragam buku kumpulan soal tes seleksi CPNS.

Gayung pun bersambut. Pada tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan seleksi online penerimaan CPNS di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Salah satunya yaitu seleksi untuk menjadi CPNS di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Dengan sangat antusias saya pun mencari informasi seleksi formasi yang sesuai dengan kualifikasi ijazah saya.

Saya akhirnya menjatuhkan pilihan di Kantor Bahasa Bengkulu, salah satu UPT di bawah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Saya memutuskan untuk turut mendaftar karena merasa sesuai untuk bekerja di instansi tersebut.

Saya seorang sarjana Sastra Indonesia, dan kebetulan ijazah saya sesuai untuk salah satu formasi pegawai yang dibutuhkan di Kantor Bahasa Bengkulu. Memang, saya sangat menyukai pekerjaan yang berhubungan dengan bahasa, misalnya menulis, menyunting, dan sebagainya. Saya berpikir alangkah nikmatnya nanti apabila bisa bekerja dan berkreasi sesuai passion yang saya miliki.

Segala persyaratan untuk pendaftaran saya persiapkan sebaik-baiknya. Tidak lupa saya meminta doa dan restu kedua orang tua. Saya berkeyakinan penuh bahwa doa keduanyalah yang sanggup menguatkan dan melempangkan jalan saya. Istri tercinta mendukung sepenuhnya. Saya pun semakin terpacu dan lebih bersemangat.

Secara singkat, saya akhirnya berhasil lolos seleksi CPNS tersebut. Keyakinan saya tentang tes seleksi CPNS yang jujur dan transparan benar adanya. Tahapan seleksi yang saya lalui bisa saya pantau secara online di internet. Nilai-nilai yang diperoleh para peserta ditayangkan di website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan secara terbuka. Peserta disaring benar-benar berdasarkan kompetensi, bukan karena kompetisi yang lain.

Betapa masih saya ingat perjuangan ketika mengikuti seleksi. Dua kali saya harus bolak-balik dari Jepara, Jawa Tengah, ke Bengkulu untuk mengikuti seleksi. Dengan dana seadanya, saya nekad mengikuti seleksi. Waktu itu saya belum mampu membeli tiket pesawat yang paling murah sekalipun untuk sekadar mempercepat perjalanan. Saya naik bus dan travel yang memakan waktu kurang lebih tiga hari. Saya cukup beruntung ada rumah saudara yang bisa menjadi tujuan menginap dan menumpang sementara.

Bangga mengabdi sebagai 'penjaga bahasa’
Mulai April 2014, saya resmi dipanggil untuk bergabung di Kantor Bahasa Bengkulu. Saya pun pindah domisili dari Jepara, Jawa Tengah, ke Bengkulu. Sedih memang karena harus terpisah dari orang tua dan kampung halaman. Tetapi, karena itu adalah konsekuensi dari sebuah pilihan, saya dan istri ikhlas untuk merantau. Insya Allah demi masa depan yang lebih baik.

Di Kantor Bahasa Bengkulu, pada awalnya saya diberi tugas sebagai Pengkaji Kebahasaan sesuai dengan formasi saat seleksi. Saya dan kawan-kawan sering ditunjuk untuk menjadi tim panitia kegiatan semacam pelatihan, Peningkatan Kompetensi Guru, Bengkel Bahasa dan Sastra, serta lomba-lomba yang berkaitan dengan kebahasaan. Sasarannya mulai siswa tingkat SD-SMA, mahasiswa, guru & dosen, serta masyarakat umum.

Kami juga sering mengadakan pemantauan dan penelitian terkait dinamika bahasa Indonesia dan bahasa daerah di Provinsi Bengkulu. Jumlah pegawai yang tidak memadai dibanding dengan luas cakupan wilayah kerja menjadi tantangan tersendiri. Semua rencana kegiatan harus dilaksanakan walau dengan jumlah pegawai yang minim. Jumlah kami hanya 15 orang dengan area kerja satu Provinsi, yaitu 1 kota dan 9 kabupaten.

Dari berbagai kegiatan yang kami selenggarakan, terasa sekali bahwa masyarakat seperti mendapatkan setitik oase tentang bahasa Indonesia. Mereka sebenarnya membutuhkan banyak masukan materi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang dinamika perkembangan bahasa Indonesia.

Ada hal-hal penting yang kadang luput atau terlupakan. Di situlah peran kami dari Balai/Kantor Bahasa menjadi cukup vital. Bahasa Indonesia perlu diutamakan, karena itu bahasa nasional kita. Pun bahasa daerah harus dilestarikan karena itu adalah aset budaya dan keluhuran bangsa. Bahasa asing pun sangat perlu dipelajari demi menjaga komunikasi dan pergaulan internasional.

Terbersit kebanggaan dalam hati saya karena lewat kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh kantor tersebut kami bisa bermanfaat bagi masyarakat. Kami berusaha benar-benar menjalankan amanah untuk melayani masyarakat sebaik-baiknya, tentu dalam koridor kami sebagai ASN di bidang kebahasaan.

ami adalah ASN yang berperan sebagai ‘penjaga bahasa’ sesuai semboyan di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yaitu Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Pelajari Bahasa Asing.

Berkutat di bidang kebahasaan, di Kantor Bahasa Bengkulu, terasa menjadi ‘hadiah’ indah Allah pada saya. Selain kebanggaan bisa berkiprah untuk bangsa dan negara, saya merasa ini semacam hobi yang dibayar.

Seiring dengan maraknya semangat entrepreneurship, menempuh jalan berwirausaha dan menjadikan hobi sebagai lahan mencari nafkah, saya pun merasa kecintaan saya pada bahasa Indonesia dan dunia menulis sudah ada di jalur yang benar dengan menjadi ASN di Kantor Bahasa.

Seiring regulasi dan rotasi kerja yang diadakan oleh kantor, saya akhirnya ditunjuk sebagai Pengelola Laman (website). Saya tidak merasa terbebani sama sekali, malah merasa bangga karena dianggap mampu mengemban tugas baru. Saya bisa belajar mengelola hal-hal baru dan menantang. Yang terpenting saya bisa mengabdi dan berkreasi sebaik-baiknya untuk kantor. Terlebih hal itu tidak jauh-jauh dari dunia tulis menulis.

Bekerja sebagai Pengelola Laman di Kantor Bahasa Bengkulu berarti menjadikan saya lebih sering bekerja di tengah ‘kesunyian’. Sehari-hari yang saya kerjakan kebanyakan berkutat di depan laptop atau komputer.

Bertugas sebagai Pengelola Laman menjadi kebanggaan tersendiri. Mengelola laman berarti menjadi penyampai informasi secara online agar informasi terbaru bisa diakses masyarakat dengan mudah.

Kebanggaan tersebut akan terus berusaha saya jaga dengan memberi pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. Saya sadar betul, saya digaji dari uang rakyat. Semaksimal mungkin akan saya upayakan yang terbaik demi pelayanan yang maksimal kepada masyarakat.

Tulisan ini saya sertakan dalam lomba Korpri Story yang diadakan oleh korpri.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

~ Terima kasih sudah berkunjung. Silakan berkomentar di sini. Komentar Anda sangat berharga bagi saya. Jangan ada spam, SARA, pornografi, dan ungkapan kebencian. Semoga bermanfaat. ~